Jumat, 20 Juni 2008

True Story 1

Mawar Merekah.

Entah, siapa orang yang pertama kali memberikan predikat kota Bandung sebagai kota Kembang, aku sendiri tidak mengerti, mimpi apa orang itu sampai dia memberikan sebutan kota Bandung menjadi kota Kembang.

Aku mencoba mengikuti alam pikirannya, mungkin dahulu sewaktu dia sedang berjalan-jalan di daerah Lembang yang sedang dilanda musim bunga, atau dia melihat banyak penjual bunga di pasar Cicadas, sewaktu menjelang hari raya.

Ah biarlah, mengapa aku harus ikut pusing memikirkannya, yang penting sekarang kota Bandung terkenal dengan kota Kembang, walaupun bunga bunga itu sudah tertimbun sampah.

Seandainya dia masih hidup, mungkin dia marah atau dia menyesal memberi nama kota Bandung sebagai kota Kembang. Aku merasa ikut berdosa, karena kadang-kadang juga suka membuang sampah seenaknya dan aku telah ikut andil menghilangkan kebanggaan warga kota Bandung.
Aku menghayal, seandainya semua warga kota Bandung sadar akan keindahan kotanya dan mereka kembali bergotong royong melestarikan kebun-kebun bunga, menjaga kebersihan kota, di setiap halaman rumah tampak bunga-bunga, kupu- kupu berterbangan hilir mudik mencari madu, wah... indah sekali. Dengan sekuntum bunga, kita dapat menyatakan perasaan hati kita, bunga akan membawa keredupan mata memandang, juga bunga menebarkan keharumannya.

Aku sering menyebut anak-anak remaja dengan julukan Mawar yang sedang merekah, tapi aku sering marah jika dalam kasus kriminal, apalagi pelecehan seksual terhadap kaum hawa. Sering korban pelecehan diberi nama samaran "bunga", betapa nisbinya orang yang mencampakkan keindahan makna bunga.

Aku teringat kembali akan putri sulungku, dia mulai dewasa , lincah, energik, penuh ambisi, mungkin karena dia berzodiak Sagitarius. Orang yang dinaungi zodiak Sagitarius sering mempunyai ambisi- ambisi yang terlalu jauh, ego yang tinggi, berpikir lompat-lompat, individualistis, energik dan biasanya dari hasil tes psikologis mempunyai IQ diatas rata rata, cenderung superior tapi bukan dalam katagori anak genius.

Sebenarnya aku bukan termasuk orang yang percaya dengan ramalan bintang, aku sangat benci dengan segala bentuk mistik, ramalan dan sebangsanya. Aku selalu berpikir menurut logika dan segala sesuatu dapat diakses oleh otakku kalau benda itu nyata, mungkin karena latar belakangku orang eksak.

Prinsipku yang tidak pecaya akan ramalan bintang mulai goyah, sewaktu aku kuliah, mempunyai sahabat yang berzodiak Sagitarius. Aku masih ingat nama sahabatku itu, dia almarhum Firdaus, orangnya pintar, penuh ambisi, ego tinggi dan mau menang sendiri. Kami dahulu punya kelompok diskusi : mulai dari materi kuliah, politik, sosial dan ekonomi selalu masuk agenda perdebatan kami.

Anggota kelompok diskusi kami, tidak dari satu disiplin ilmu, sehingga materi yang kami bahas selalu bervariasi dan menarik. Aku sering kesal dan malu melihat sikap sahabatku yang selalu mau menang sendiri dalam diskusi, tapi aku juga angkat topi, apa yang dikatakannya sering kali benar, kadang kadang otak kami belum sampai dan bahasa gaulnya kami manusia-manusia ‘‘ telmi ‘’. Sedangkan sahabatku otaknya telah berputar cepat seperti baling- baling dari negeri kincir angin.

Suatu peristiwa yang tidak pernah aku lupakan sampai saat ini dan kuwariskan pada kedua putriku.Kejadian itu sewaktu kami sedang mengadakan diskusi tentang pembangunan makam keluarga Cendana, yang sekarang tempat bersemayamnya Jendral besar Suharto, mantan Presiden negeri ini.

Kami beradu argumentasi tentang arti ‘’ hidup dan mati ’’, teman-teman dari disiplin ilmu sosial dengan penuh keyakinan mengeluarkan teorema teoremanya, salah satu diantara mereka, maaf aku lupa namanya, dia mengatakan : hidup itu perjuangan sedangkan mati itu akhir dari perjuangan dan banyak lagi teori-teori yang mereka paparkan.

Kami dari disiplin ilmu eksak hanya ternganga-nganga, sampai- sampai temanku Husni, si putra Padang yang banyak akal itu tidak berkutik, biasanya dia sangat pintar bersilat lidah apalagi kalau dia mengajariku Mekanika Teknik, maklumlah dia jurusan Sipil dan wajar aku kurang paham karena aku jurusan elektro, ini bukan alasan pembelalan diri agar aku tidak dikatakan bodoh dalam Mekanika Teknik.

Aku mencoba mengkolaborasikan ilmu teknik dengan sosial, tanganku yang kidal mulai mengotak atik diatas kertas, aku kesulitan untuk menulis tanpa alas. Forum diskusi yang selalu membuat aku menggerutu jika diadakan dengan lesehan, seperti orang sedang tahlilan, karena aku tidak leluasa menulis dan aku sering menyesal mengapa emakku tidak mengawasiku menulis sewaktu aku sedang belajar menulis, kini jadilah aku “ si Kidal”, karena aku menulis dengan tangan kiri.

Sewaktu mataku melirik punggung anak Padang itu untuk kujadikan alas menulis, tiba-tiba sahabatku Firdaus yang kami berikan gelar tuanku Faraday yang kami dari kutip dari nama penemu Hukum Faraday, dia berdiri dengan gagah berani bagaikan Sukarno, bapak proklamator sedang berpidato. Aku masih ingat betul kata kata yang di- ucapkannya dalam forum diskusi , dia memulai dengan kata kata :

“ Peserta diskusi yang terhormat, izinkan saya ikut sumbang saran dalam masalah yang sedang kita bahas yaitu Hidup dan Mati, mengapa teman-teman begitu susah dan menjadikan masalah ini rumit ?. Menurut hemat saya Hidup sama dengan Mati ”.

Semua peserta diskusi terperangah mendengar pendapat si tuan Faraday, mereka bagaikan mendengar halilintar di siang bolong. Aku mulai resah, karena aku tau pasti karakter orang Zodiak Sagitarius, pasti dia tidak mau kalah, dia akan mempertahankan pendapatnya walaupun sampai mulutnya berbusa-busa. Dia akan keluarkan teori-teorinya yang kadang kadang sulit untuk memahaminya.

Sebelum dia selesai memberikan penjelasan, salah satu peserta mengintrupsinya, aku melihat kesamping dekat pintu, rupanya cik Abu mengacungkan tangannya dengan suara gemetar menahan emosi mungkin juga cik Abu gerogi karena menatap mata sahabatku yang berbinar bagaikan mata burung elang sedang mengintai mangsanya.

Cik Abu, nama sebenarnya M. Abdullah tapi badannya yang gemuk dan pendek seperti pelawak Ateng, aku panggil dia Cik Abu. Cik itu singkatan dari kecik bahasa Palembang yang bearti kecil sedangkan Abu nama akrabnya.

Cik abu mulai angkat bicara “ Daus, apa alasannya kau menyatakan mati sama dengan hidup, semua orang sejagat ini pasti mengatakan pendapatmu tidak dapat diterima dengan akal sehat. Daus, engkau jangan membuat kaidah-kaidah baru yang merusak dalil dalil agama ”. Banyak lagi peserta yang mengintrupsi,sehingga ruangan menjadi gaduh,untung moderatornya cepat mengendalikan suasana dan mempersilahkan sahabatku Firdaus untuk meneruskan pendapatnya tentang Hidup sama dengan Mati. Sembari menaikkan kaca matanya yang terturun ke hidungnya, dia melanjutkan pembicaraanya : “Begini, teman teman, saya akan menjelaskan pendapatku itu dengan pendekatan ilmu matematik, sebagai contoh : ½ x = ½ y, kalau kita sederhan akan persamaan ini akan menjadi x = y, begitu pula persamaan matematik itu kita rubah dengan ½ hidup = ½ mati dengan cara yang sama maka kita dapatkan hasilnya Hidup = Mati “.

Begitu konyolnya sahabatku, pengertian “ Hidup = Mati” dia samakan dengan rumus rumus matematik, inilah gaya orang yang berzodiak Sagitarius selalu membuat hal hal yang aneh dan sering membuat orang sulit mengikuti cara berpikirnya.




Novi Kumala Sari, nama putri sulungku, dia lahir di bulan Nopember. Aku tidak termasuk orang yang rumit memberi nama, aku tidak punya primbon, aku memberi nama putri dengan hal yang ngampang diingat. Tapi,aku bukan pengikut William Shakespeare yang mengatakan ‘’ apalah artinya sebuah nama’’, tapi bagiku nama itu penuh arti. Orang tuaku sendiri memberi aku nama ‘’ Iskandar” beliau mengharapkan aku akan mewarisi sifat sifat pejuang Aceh Iskandar Muda atau pejuang Romawi Alexander Zulkarnain atau kita lebih akrab dengan panggilan Iskandar Zulkarnain.

Novi kuambil dari bulan lahirnya, Kumala kudapatkan dari cerita Pendekar Raja wali, yang lebih terkenal dengan si Yoko. Kumala yang atinya Batu Giok kuharapkan putri sulungku sekuat dan sekeras batu, tahan dengan tempaan badai namun dia akan kalah luluh dengan kelembutan, seperti batu akan dekok kalau sering ditimpa tetesan air hujan sedangkan Sari terilhami dari kupu kupu yang sedang menghisap sari bunga mawar yang di tanam oleh istriku di dalam pot, aku berharap kelak putriku akan disenangi dan disayangi oleh teman-temannya.

Rasulullah, nabi Muhammad SAW bersabda : ‘’ Pada hari kiamat sungguh kamu kelak akan dipanggil dengan nama-nama kamu, dan nama bapak-bapak kamu.karena itu, pakailah nama yang baik buat diri kamu ‘’ . (HR.Abu Dawud).

Maksud Rasulullah agar anak-anak kita kelak akan menjadi insan-insan yang sholeh dan sholeha. Tapi sekarang sangat ironis. Orang tua dengan susah payah memberikan nama yang baik, di ambil dari Al Qur’an maupun dari nama-nama pahlawan ataupun nabi, dengan harapan anak tersebut akan menjadi anak yang sholeh. Namun kenyataannya bertolak belakang bagaikan langit dan bumi. Aku teringat teman bermainku semasa kecil di kampung yang di beri nama oleh orang tuanya “Soleh”. Pasti dalam benak bapaknya seorang petani pengarap sawah, anaknya akan menjadi manusia yang berguna dan akan menjadi tulang pungkung keluarga, paling tidak menjadi guru ngaji di kampungku.

Harapan orang tuanya betul betul terkabul. Soleh, temanku hidupnya serba berkecukupan dan ia betul betul menjadi tulang punggung keluarganya. Aku sangat senang, temanku itu sukses bisnisnya, dan betul betul nama itu menjadi rahmat buat keluarganya dan masyarakat di sekitarnya.

Tapi tidak sedikit, orang tua dengan susah payah memberikan nama yang indah, kadang kadang didapatkan dengan penuh perdebatan. Namun kenyataannya nama itu tidak memberikan kebanggaan, malahan anaknya menjadi duri di keluarga dan membawa malu. Yang jelas, tidak salah bapak ibunya bemberi nama, tapi anaknyalah tidak dapat menghargai dan menjaga nama baiknya. Sudah hal biasa di masyarat terdengar si Daut, si Musa, si Yunus dan banyak lagi nama yang diambil dari nama nabi, tapi kelakuan mereka tidak mencerminkan ahlak dan kelakuan para nabi.

Sama halnya juga dengan putriku yang kedua, aku peserta Keluarga Berencana yang setia , sebenarnya layak aku mendapat mendali KB, karena seusiaku yang lebih dari setengah abad, aku tetap bertahan dengan hanya dua putri. Putri keduaku bernama : Maraya Intan Sari. Pada putri yang kedua ini, aku sudah pandai memberi nama. Aku sengaja membeli buku yang berjudul ‘’ nama-nama Muslim ‘’ yang ditulis DR.KH.Miftah Faridl, aku membelinya di emperan Jl Ganesa di samping Masjid Salman. Maraya mempunyai arti Wanita muslim yang mempunyai keistimewaan dalam ilmu dan keberaniaan. Aku berharap putriku kedua ini akan menjadi seorang muslim yang cerdas, minimal ia akan menjadi seorang sarjana muslim dan berani mempertahan kebenaran. Teman-temanku di Jakarta, sering ngeledek dan mereka mengatakan Maraya itu singkatan dari Margahayu Raya, karena aku dahulu pernah tinggal di perumahan Margahayu Raya Sukarno Hatta. Intan, kuambil dari nama nama batu. Entah, mengapa aku senang dengan perbatuan, sedangkan aku bukan orang Geologi. Intan adalah salah satu nama batu perhiasan, yang memancarkan cahaya dan sinar yang bergemerlapan. Siapa yang tidak suka batu Intan?, terutama kaum hawa sangat senang akan batu intan. Yah, mudah-mudahan putriku kedua ini akan bersinar seperti Intan permata dan dan dapat menerangi orang dalam kegelapan. Sari sama artinya dengan nama anakku yang pertama.

Ketika putri sulungku masih kecil, aku bekerja di Jakarta menjadi seorang dosen perguruan tinggi swasta. Sedangkan keluargaku di Bandung, aku mengontrak rumah kecil di Gg.Sekejati daerah Cikutra, yang sekarang Gang itu telah hilang, merubah menjadi jalan masuk ke kampus Universitas Widyatama, dulu namanya STIEB.

Istriku,bernama ‘’ Henny Warnika’’, aku tidak tau arti nya, yang pasti ia adalah seorang istri yang baik. Istriku seorang guru, PNS dan mengajar di SMA Negeri. Dia mempunyai semangat hidup yang sangat tinggi, penuh optimis, banyak rencana terutama jika anak pertama kami nanti lahir. Aku cukup mengerti, maklum istriku seorang guru BP, jadi dia ingin menerapkan ilmu ilmunya ke anaknya nanti. Aku setuju saja, asalkan jangan dia bereksprimen. Walaupun penghasilanku kecil, seorang dosen swasta, dan ditambah gaji istriku, seorang Pengawai negeri lulusan D III, tapi kami tetap merancang segudang program buat anak kami nanti, terutama dalam hal pendidikannya.

Kurebahkan badanku di tempat tidur yang terbuat dari bambu, malam begitu sunyi hanya terdengar suara tokek dan jangkrik, teman satu kostku belum pulang dari Cilacap. Nasibnya sama denganku, hidup bujangan di Jakarta. Istrinya pengawai Pertamina di Cilacap, masa depannya cerah, istrinya lulusan Teknik Kimia. Temanku itu namanya Harunnurasyid, orangnya santai dan berpikir tidak mau muluk- muluk, hidup itu apa adanya, toh manusia itu sudah ada garis tangan masing- masing. Dia betul betul sahabat sejati, sampai sekarang persahabat itu tetap terjalin, walaupun kami sama sama sibuk. Anak-anakku memanggilnya Pak Wo, artinya bapak yang tertuwo. “Tuwo” itu bahasa kampung kami, yang artinya ”Tua”, padahal usia kami tidak jauh berbeda, aku yang yang lebih dulu nongol di dunia ini. Seharusnya anakku memanggilnya Pak Cik, karena aku lebih tua, dia masih kecik (kecil) atau lebih muda dariku. Tapi kemauan temanku Rasyid, agar anak-anakku memanggilnya pak wo, karena menurutnya, dia yang dahulu menikah. Itu sich, alasan si Kabanyan kata orang kampung istriku.

Aku tidak bisa tidur, karena suara tokek dan jangkrik bersahut-sahutan, seakan-akan dia ingin menemaniku. Kulemparkan pandanganku ke langit- langit, aku tersenyum sendiri mengingat program yang di buat oleh istriku untuk masa depan si jabang bayi yang masih dalam perutnya. Aku belum dapat membayangkan bagaimana menjalankan program itu?, yang tidak terlepas dari faktor biaya. Dari mana aku dapat biayanya ?, mampukah aku? dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang menghantuiku. Aku mempunyai prinsip hidup“ Nanti bagaimana bukan dibalik gimana nanti “. Jadi suatu rencana, harus kupikirkan masak masak dan aku selalu membuat Network Plannig dalam programku sehingga nanti akan nampak garis- garis kritis, jadi aku mudah untuk mengantisipasinya.




Terbesit dalam hatiku supaya istriku meneruskan kuliah ke jenjang S 1, agar karirnya berkembang. Tapi aku ragu, apakah dia mau kuliah lagi?, karena dia dalam keadaan hamil muda. Di sore hari sewaktu kami berjalan jalan di pasar Cisadas , aku memberanikan diri berkata pada istriku:

‘’Hen, untuk tahun ajaran ini, kak Is mungkin masuk lagi dalam panitia penerimaan masiswa baru, pasti pulang tidak tiap minggu’’. Aku membuka prolog pembicaraan, berharap istriku tertarik untuk kuliah lagi.

‘’ Alhamdulillah mudah-mudahan ini rezekinya si jabang bayi, jadi kita dapat menambung untuk persiapan biaya melahirkan, ya ka Is ! ‘’ kata istriku secara tidak langsung dia menyakinkan bahwa panitia penerimaan mahasiswa baru ada honornya. Aku terseyum, sambil mengaminkannya dalam hati. Sebelum aku menjelaskan tentang honor itu, istriku telah melanjutkan pembicaraannya.

‘’ Kak Is, waktu terasa begitu cepat, rasanya baru kemarin di sekolah merima murid baru. Tahun ini ada guru baru, dia lulusan S1, pasti gaji gede ! ‘’. Pembicaraanya terhenti karena kami telah sampai di Toko Babah Kim. Toko langganan kami, aku sendiri tidak pernah memperhatikan nama toko itu, yang kuingat si Babah Kim, orang cina yang fasih berbahasa sunda. Aku sendiri belum pandai berbahasa sunda, tapi aku mengerti sedikit-dikit. Rasanya sudah cukup keperluan kami untuk satu minggu, aku memanggil mang becak yang sedang asik mengisap rokok Jarum coklat.

Kami langsung pulang karena malam ini cuacanya agak mendung mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Di kota Bandung malam hari terasa dingin tapi tidak sedingin tahun 70 an sewaktu pertama kali aku ke kota kembang. Masih berkesan dalam ingatanku sewaktu aku diajak jalan-jalan oleh anak uwak ke daerah Lembang.

Aku sangat kagum keindahan panoramanya terutama hamparan kebun teh. Jigurrr…………jigurrr……………jigurrr ……………., teriak mang penjual jigur. Aku bergegas kedepan sambil berteriak ‘’ Bajigur……bajigur ‘’ aku memanggil mang penjual bajigur. Bajigur adalah minuman khas sunda yang terbuat dari gula aren dan dicampur dengan santan kelapa. Disamping minuman bajigur, si mang juga menjual singkong rebus, ubi rebus, suuk (kacang tanah) rebus , katimus dan makanan favoritku pisang kukus. Wah enak sekali.

Aku memanggil istriku, yang sedang sibuk memberesi belanjaan dan mencatat semua pengeluarannya dalam buku notes kecil. Aku mengajarkan istriku managemen keuangan sederhana untuk rumah tangga, aku membuat pos-pos keuangan: biaya listrik, biaya PDAM, iuran RT, biaya dapur, transport, ini adalah pengeluaran rutin. Ada satu pos lagi dalam biaya rutin yaitu biaya telepon, tapi tidak kumasukan karena rumah kontrakanku tidak punya telepon. Dalam managemen keuangan yang kuajarkan pada istriku ada satu pos yaitu tabungan. Dalam pembukuan istriku dinamakan pengeluaran masa depan. Aku membiasakan istriku untuk menabung dan nanti dapat digunakan sesuai dengan prioritas kebutuhan, seperti yang sedang kuhadapi sekarang untuk biaya melahirkan dan biaya kontrakan rumah.

‘’ Hen, mau bajigur ? ’’, aku menawari istriku. ‘’ Ya, letakan saja di meja depan, sedang tanggung nich, nanti ada yang tidak tercatan ‘’ jawab istriku .

Di teras rumah, ada kursi rotan tempat aku bersantai dan bercerita ataupun diskusi sama istriku, sambil menikmati bajigur panas ditemani pisang kukus dan suuk rebus kesukaan istriku, aku meneruskan pembicaraan kami sewaktu dipasar tadi.

‘’ Hen, guru baru itu mengajar bidang studi apa ?. Kalau dia lulusan S1 tentu golongannya akan berbeda dengan D III, itulah pentingnya jadi sarjana ! ‘’, aku mempertegas dan mencoba memprovokasi , agar dia tertarik untuk kuliah lagi. Sebelum aku meneruskan kata-kataku, istriku dengan penuh antusias, memotong pembicaraanku.

‘’ Jadi !, Henny harus kuliah lagi ?, supaya cepat naik golongan dan selalu diperhitungkan dalam mengikuti pelatihan pelatihan Konselor , tapi uang kuliahnya dari mana kak Is ?’’. Aku sudah menduga akan timbul pertanyaan semacam ini, karena istriku punya kemauan tinggi dalam pendidikan.

‘’ Begini Hen, bulan depan sudah dibuka pendaftaran mahasiswa baru coba mulai sekarang cari informasi ke kampus ‘’, maksudku kampus tempat kuliahnya dulu. "Oh itu mudah, tahun kemarin banyak teman-teman Henny yang meneruskan kuliah. Nanti ditanya deeh ? ‘’. Katanya penuh keceriaan, sambil mengusap-usap perutnya yang mulai gedee.

‘’ Kak Is, ada ngaak uangnya ? ‘’ Rupanya dia masih ingat, aku belum menjawab pertanyaanya tentang biaya kuliah itu. ‘’ Begini Hen, kak Is ada uang penggantian transport yang belum pernah diambil dari kantor dan ini dapat dipergunakan mudah mudahan cukup ‘’. Aku menjawab pernyaannya. Karena kami dosen-dosen muda terutama yang belum menikah kost di dekat kampus. Jadi kami tidak mengeluarkan transport, kecuali aku yang harus pulang seminggu sekali ke Bandung. Mendengar penjelasanku itu, dia segera bangkit dari tempat duduknya dan tidak lupa tangannya mencomot suuk, dan menawariku secangkir kopi. Aku mau ketawa, begitu gembiranya sehingga dia lupa aku sedang menikmati segelas bajigur. Akupun masuk kerumah sambil berkata, ‘’ Hen, tidak usah buat kopi, ini bajigur belum habis ‘’. Istriku tersenyum, mungkin dia merasa malu, karena dia lupa aku sedang minum bajigur.




Masa pertumbuhan manusia sangat unik : dari ada ke tiada, mulai dari janin bayi sampai ke masa tua. Proses ini sering dinamakan proses pertumbahan yang terdiri: - masa bayi 0 – 2 tahun; batita usia 3 tahun; balita usia 4 – 5 tahun; anak kecil 6 – 12 tahun; Remaja 13 – 16 tahun; Remaja dewasa atau sering disebut pemuda/pemudi usia 17 – 21 tahun; dewasa 22 tahun atau orang yang sudah menikah walaupun usianya belum mencapai 22 tahun; dan orang tua usia 23 tahun dan seterusnya sampai meninggal.

Dalam fase-fase pertumbuhan sangat memerlukan perhatian dari orang tua. Karena setiap tingkatan fase anak akan mengalami perkembangan dan pembentukan karakter, terutama dalam kurun waktu masa-masa balita.

Aku melihat masa pertumbuhan manusia tidak terlepas dari masa perkembangan. Prosesnya bagaikan aku melihat huruf “ S “ lengkungan huruf S bagian bawah menggambarkan masa bayi sampai anak kecil, ini fase yang terasa begitu cepat, masa-masa anak itu memerlukan perhatian khusus. Dalam kurun waktu ini merupakan pondasi dasar pembentukan karakter anak, terutama perkembangan kecerdasannya. Individual kecerdasan seseorang tergantung beberapa faktor, diantaranya faktor biologis, faktor latar belakang kultural dan historis, dan faktor sejarah hidup pribadi.

Dua faktor yang menjadi perhatianku : Pertama, faktor biologis, karena kuat sekali kaitannya dengan faktor keturunan atau genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran.

Kedua, faktor latar belakang kultural dan historis, kecerdasan seseorang akan dipengaruhi tempat dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural.

Aku tidak terlalu khawatir pada faktor kedua, karena aku percaya istriku mudah-mudahan bisa menjaga dan memberi motivasi kecerdasan pada anakku nanti. Yang aku takutkan factor Pertama, kalau faktor keturunan rasanya aku keturunan baik-baik. Dan faktor genetik, tidak mungkin aku suku Sumatra dan istriku suku Sunda, jadi tidak ada pertalian saudara. Dan yang menjadi pikiranku, luka atau cedera ataupun terjadi gangguan dalam jaringan otak sebelum lahir. Karena itu aku selalu rewel pada istriku supaya dia rajin memeriksakan kandungannya secara rutin.

Lengkungan huruf “S” bagian bawah telah terlalui maka proses ini akan naik menuju lengkungan huruf S bagian atas. Pada proses ini akan dibagi dua : Pertama dinamakan masa anak kecil menuju masa dewasa pada usia 13 tahun sampai 22 tahun, fase ini terasa sangat lama. Disinilah kita sebagai orang tua harus hati-hati memperhatikan dan membimbing serta mengarahkan anak. Fase ini sering disebut fase kritis, karena masa-masa remaja adalah masa anak mencari jati diri atau indentitas diri. Sebagian besar masa depan anak-anak banyak dipengaruhi oleh masa remaja, tidak sedikit remaja yang terjerumus pergaluan bebas, narkoba dan kejahatan kriminal lainnya. Kedua di namakan masa karir atau usia produktif pada usia 23 tahun sampai 55 tahun. Di usia ini orang sangat penuh ambisi mengejar karir, profesi dan selalu ingin menunjukkan kemampuan diri.


Embun pagi masih membasahi rumput-rumut dan bunga mawar diteras rumahku, cuaca terasa begitu dingin. Kalau imanku tidak kuat, ingin rasanya aku bersembunyi lagi didalam selimut dan mengabaikan suara azan pertanda sholat subuh. Aku segera mengambil air wudhu, kurasakan air begitu dingin seperti air yang disimpan dalam lemari es.

Mentari pagi mulai menampakkan dirinya, kehanga- tan pagi mulai terasa, embun pagi mulai hilang bunga mawar tampak begitu indah. Aku ingin sekali lari-lari pagi di lapangan Gasibu di depan gedung Sate, biasanya pada hari minggu sangat ramai. Yang jadi kesukaanku bukan olah raga tapi makan bubur ayam. Sampai sekarang setiap hari minggu banyak sekali orang berjualan, bukan saja makanan tapi ada juga baju, sandal, tas, mainan anak-anak. Hari minggu lapangan Gasibu dan sekitarnya akan berubah seperti pasar pagi dan sudah tidak kondusif buat olah raga.

Di kota-kota besar animo masyarakat untuk berolah raga sangat tinggi, tapi sangat disayangkan sarana untuk olah raga masih kurang. Masyarakat menggunakan halaman-halaman perkantoran, ruko-ruko, lapangan parkir di Mall atau di jalan-jalan raya. Bagi yang kantongnya tebal, mereka pergi ketempat-tempat senam kebungaran atau fitness. Rupanya masyarakat sudah sadar pentingnya berolah raga sesuai dengan semboyan masyarakat olah raga yang dikutip dari bahasa Yunani kuno “ Mensana incorpore sano “ yang artinya: Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yangkuat‘’.

Ini malam Senin. Besok pagi aku harus pergi ke Jakarta untuk memberi kuliah. Malam ini mau tidak mau aku harus bergadang, aku harus kerja lembur mempersiapkan materi kuliah. Untuk persiapan lembur ini, aku telah menyiapkan ramuan energy tambahan andalanku. Aku tidak suka dengan minuman doping seperti M 150, Kratingdaeng, aku lebih suku ramuan tradisional dan sudah familier sejak aku kuliah “STMJ : Susu Telor Madu Jamu “. Agar suasana tidak mengantuk, pelan pelan aku setel lagu lagu lama.

Seperti : Unchained Melody, Du, Feelings, Let It Be, I Just Call To Say I Love You, Hey Jude, banyak lagi tapi aku sudah lupa. Aku juga senang mendengarkan lagu-lagu yang lagi top saat itu; Bimbang yang dinyanyikan oleh Andy Meriem Matalata. Aku suka lagu-lagu yang berirama slow, lembut, agar aku dapat mengikuti iramanya, tapi aku sendiri tidak bisa bernyanyi. Kata istriku, sebenarnya aku bisa bernyanyi tipe suaraku Bariton tapi tidak terolah dengan baik. Jika aku ikut les olah vocal, mungkin aku sudah jadi penyanyi minimal kelas kamar mandi. Setiap menghadapi malam senin aku sangat sebel, aku ingin malam ini betul- betul malam panjang. Seandainya aku bisa menahan matahari yang akan terbit di ufuk timur pasti aku memengangnya erat-erat, agar dia tidak segera terbit. Aku berharap malam ini lebih lama seperti malam-malam di jazirah Arab, malam ini betul-betul malam kerja. Sementara istriku telah lelap tidur, seakan-akan dia terbang kealam anta beranta dengan mimpi-mimpi indah.

Bus Patas Medal sekarwagi melaju cepat menyisir kawasan puncak, di kiri- kanan terhampar perkebunan teh Gunung Mas. Subhaanallaah, alangkah indahnya alam, betapa agungnya sang Pencipta yang telah menciptakan alam semesta ini beserta isinya. Perkebunan teh Gunung Mas terletak pada daerah yang sejuk di ketinggian 800-1200 meter dari atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 18 -22°C menjadikan Gunung Mas sebuah tempat yang nyaman untuk beristirahat dan berekreasi. Namun sangat di sayangkan masih banyak tangan-tangan yang usil dan tidak bertanggung jawab, mereka dengan seenaknya merusak lingkungan, menganiaya alam dan menimbulkan kerusakan di muka bumi ini. Dengan beribu alasan dan mereka berdalih “ Tuhan menciptakan alam beserta isinya untuk kehidupuan manusia “.

Aku teringat firman Allah SWT yang berbunyi :

‘’ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan jangan kamu melupakan bahagian dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al-Qoshash : 27 )

Ayat diatas, menerangkan bahwa segala kebutuhan kehidupan kita seperti makan, minum, pakaian dan sebagainya, seharusnya adalah yang dianugerahkan oleh Allah, tanpa harus berbuat tamak atau loba untuk memenuhi kebutuhan. Manusia sering berbuat semena-mena hanya untuk memenuhi kebutuhan sekundernya. Karena keserakahan mereka maka terjadi bencana alam di mana-mana. Boleh jadi bencana alam yang terjadi sekarang akibat akumulasi pengrusakan alam yang telah dilakukan, entah kemarin atau beberapa tahun yang lalu. Orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi sebenarnya mereka sedang menzolimi saudara-saudaranya sendiri.




Kota Jakarta begitu ramai. Kesibukan masyarakat begitu tinggi, setiap orang berpacu dengan waktu seakan-akan mereka tidak mau terlewatkan walaupun hanya sedetik. Jakarta betul-betul menggeliat bagaikan ular Phyton, berputar seperti roda pedati. Dia akan melindas siapapun. Kadang-kadang kota Jakarta begitu kejam lebih kejam dari ibu tiri. Aku sendiri tidak mau tertinggal atau terlindas maka kupersiapkan segala jurus sehingga aku selalu berada diatas pedati. Atau setidaknya aku berusaha berada di roda pedati. Kondisi ini sangatlah tidak enak, karena posisiku akan berubah-ubah, kadang diatas dan kadang dibawah.

Ini merupakan tantangan bagiku. Aku harus mem - punyai perhitungan matematis, kehidupan masa depan tidak dapat dipertaruhkan seperti orang bermain kartu. Spekulasi dengan kehidupan adalah perbuatan sia-sia, karena kehidupan di dunia akan mencerminkan kehidupan di akhirat nanti. Allah sudah menentukan agar manusia mencari rezekinya, tidak diam dan selalu berikhtiar. Langkahkan hati kita kepadaNya selangkah, niscaya cinta-Nya kepada kita maju beberapa langkah. Dan Allah juga menyuruh kita untuk menyembah-Nya. Aku percaya semua mahluk yang ada di dunia ini akan dijamin rezekinya oleh Allah SWT, sebagaimana Allah SWT berfirman : ‘’ Dia memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas ‘’. ( AL-Baqorah : 212 ).

Walaupun Allah telah menjamin kehidupan manusia tapi aku masih merasa takut. Apakah aku bisa menang dalam peperangan ini ?, kehidupan di ibukota begitu keras penuh persaingan. Aku ingin mengubah nasibku, banyak yang ingin kucapai, program yang kubuat harus kujalankan.

Hari ini sangat panas sekali, aku naik metromini menuju kampus. Penumpangnya berdesakan, aku sendiri berdiri tidak ada tempat duduk lagi, tapi kondektur masih berteriak-teriak ‘’ Pasar minggu…… pasar minggu…….!’’ Keringatku bercucuran, membasahi bajuku yang telah bercampur dengan aroma penumpang lainnya. Entah bau bajuku sudah tidak karuan, minyak wangi yang kupakai dari Bandung bermerek Charlie sudah bercampur dengan asap knalpot. Sistem transportasi di negeri ini masih sangat tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara tetangga kita. Pemerintah belum memikirkannya, mereka masih sibuk mengumpulkan dana untuk menganti mobil pribadi dengan merek-merek yang bergengsi. Para pejabat asyik mengkalku- lasi harta kekayaannya dan mereka membolak-balik dokumen tender yang akan dilelangkan. Mereka bukan mencari pekerjaan yang perlu diproritaskan untuk kepentingan umum tetapi pekerjaan mana yang dapat menambah pundi-pundi uang.

Rasanya ingin sekali aku mampir ke tempat kost untuk mandi dan menganti pakaianku. Aku selalu memperha- tikan penampilanku, bukan aku ingin bergaya tapi agar aku nyaman sehingga tidak meganggu konsentrasiku sewaktu memberi kuliah. Sewaktu aku masih kuliah dulu, aku sangat kesal jika melihat dosenku berpakaian tidak rapi, tidak siap materi apalagi materi yang diberikan sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya. Aku sering ke luar dari kelas dan mencari fotocopy materi kuliah itu. Dengan pengalaman itu aku selalu mempersiapkan materi kuliah dan berusaha berpenampilan rapi agar mahasiswaku tidak kabur. Aku sangat senang jika mahasiswaku banyak bertanya, berarti mereka memperhatikan kuliah yang kuberikan atau aku yang tidak pandai menyampaikan materi kepada mereka. Semuanya ini akan kujadikan bahan intropeksi diriku , baik dalam hal berpakaian atau cara menyampaikan materi kuliah.


Mentari perlahan-lahan mulai condong ke ufuk barat, agin mulai berhembus sepoi-sepoi pertanda senja akan tiba. Aku bersiap-siap untuk pulang ke tempat kost yang tidak jauh dari kampus, sore ini aku akan pergi bersama mahasiswaku yang kebetulan tempat kostnya tidak jauh dari tempatku. Kami akan pergi ke Ragunan pasar minggu tempat sekolah atlet. Aku sangat senang menonton para atlet muda berlatih terutama sepak bola. Aku tidak pernah membedakan status antara kami. Kami adalah sama hanya dibedakan oleh kewajiban, aku punya kewajiban mengamalkan ilmu dan mereka berkewajiban mencari ilmu. Aku punya prinsip bahwa ilmu harus diamalkan bukan dihafalkan. Orang yang mengamalkan Ilmunya akan memberikan manfaat dengan ilmu itu pada dirinya dan orang lain. Rasulullah saw bersabda ‘’ Sampaikanlah satu ayat, walaupun pahit ‘’ . Disini Rasulullah saw menyuruh kita mengamalkan ilmu walupun kita baru mempunyai sedikit pengetahuan tentang ilmu itu, dan kita harus menyampaikan nya secarah kafah. Walaupun dengan ilmu itu akan mengancam kehidupan umat manusia jika ilmu itu disalah gunakan. Pada perang dunia ke II tahun 1945 negara adikuasa Amerika Serikat menjatuhkan bom atomnya di kota Hirosima dan Nagasaki , sehingga membuat Jepang bertekuk lutut dan menyerah tanpa syarat pada tentara sekutu. Kemenangan Amerika Serikat dan sekutunya tidak terlepas dari sumbang pikiran ilmuwan fisika ALBERT EINSTEIN yang terkenal dengan konsep teori ‘’Relativitas ‘’ E = MC2 . Pada tahun 1939 Albert Einstein menulis surat pada Presiden Amerika Serikat Roosevelt untuk segera membuat senjata atom karena Einstein khawatir Jerman akan mendahului proyek raksasa ini.

Proyek ini terkenal dengan Manhattan Engineering District atau proyek Manhattan. Salah satu kesimpulan teori Relativitas Einstein adalah benda dan energy berada dalam keadaan berimbang dan hubungan antara keduanya dirumuskan sebagai E = mc2.

E menunjuk Energi ; m adalah massa benda ; c adalah kecepatan cahaya (= 180.000 kilo meter per detik ).

Dengan demikian bearti apabila terjadi perubahan sebahagian kecil dari massa benda akan mampu menghasilkan Energi yang besar. Rumus inilah yang dijadikan cikal bikal pembuatan senjata atom atau pusat tenaga nuklir. Umat manusia telah merasakan betapa dahsatnya kehancuran kehidupan akibat manusia salah menggunakan ilmu. Namun teori Relativitas Einstein dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia, jika digunakan tepat peruntukannya; seperti halnya tenaga nuklir yang dimanfaatkan oleh PLTN.




Matahari mulai terbenam sebentar lagi azan magrib berkumandang, kami bergegas pulang, aku ikut nebeng sama masiswaku naik motor. Kelihatannya lucu sekali, seorang dosen muda berboncengan dengan mahasiswa, tapi inilah salah satu pembuktian diantara kami tidak ada perbedaan dalam status sosial, kami sama-sama hamba Allah.

Waktu cepat sekali berlalu, hari ini sudah hari Sabtu, hari yang kutunggu-tunggu karena hari ini aku akan segera bertemu istriku di Bandung. Route pulangku tidak sama dengan pergi, karena aku ingin suasana baru, juga kalau naik bus pada malam minggu sangat ramai sekali. Aku ingin sekali pulang naik kereta Parahiyangan, tapi aku harus berhemat karena banyak program yang harus kuhadapi; pertama persiapan biaya istriku untuk bersalin, kedua kalau istriku tahun ini jadi meneruskan kuliahnya tentu menambah pos baru yaitu uang kuliah. Aku memilih route yang kuberi nama “ Route ngeteng murah meriah “. Pertama aku naik KRL dari stasiun Srengseng ke Bogor, kalau tidak salah aku hanya beli tiket Rp 200,-. Bisa saja aku nakal tidak membeli tiket, tapi aku sadar kereta ini perlu perawatan dan yang lebih utama aku malu pada Allah. Dari Stasiun Bogor aku naik bemo ke terminal bus bogor, dari sana aku naik mobil mini bus yang terkenal ‘’ Elf ‘’ menuju terminal bus Cianjur dan dilanjutkan naik bus ekonomi ke Bandung, karena setiap malam minggu bus Patas AC tidak lewat jalur puncak, tapi dialihkan ke jalur Sukabumi. Aku lupa berapa ongkos yang harus aku keluarkan, tapi yang jelas lebih murah dari ongkos kalau aku naik bus Patas AC Jakarta-Bandung sebesar Rp 3600,-. Dua keuntungan yang kudapat dari route : pertama murah dan kedua cepat karena tidak lewat jalur Sukabumi. Sehingga aku mendapatkan dana surplus yang kupergunakan untuk sedikit membeli oleh- oleh buat istriku; mangga cengkir, atau kalau sedang musim aku beli rambutan. Dana surplus ini tidak akan meganggu cash flow rumah tanggaku, karena sudah impas dengan buah rambutan atau mangga cengkir.


Pagi minggu ini aku berolah raga dengan lari pagi ke makam pahlawan cikutra, aku tidak ke lapangan Gasibu karena terlalu ramai. Di halaman makam pahlawan Cikutra udaranya lebih segar, masih banyak pohon-pohon yang berdiri dengan kokoh, seakan-akan dia ingin mewakili semangat pahlawan yang masih membara di dada mereka walaupun jasadnya sudah terbaring di alam baka. Aku berdiri menghadap pintu masuk makam pahlawan Cikutra, aku lakukan senam kecil, sekadar menggerakkan otot-ototku yang kaku. Keringatku mulai mengucur, badanku mulai terasa segar dan ini merupakan tanda bahwa organ-organ tubuhku masih bekerja dengan baik. Aku kira olah ragaku pagi ini sudah cukup, mataharipun mulai tinggi, embun pagi sudah sirna, rumput-rumput mulai mengering dan burung-burung mulai terbang dengan riangnya.

Aku duduk di teras rumahku, di temani secangkir kopi hangat dan pisang goreng sedangkan istriku sedang sibuk dengan tugas rutin ibu-ibu rumah tangga di bantu sama si Nung pembantu kami. Walaupun kami punya pembantu tetapi pekerjaan-pekerjaan rumah tangga selalu kami kerjakan gotong royong. Pembantu kami masih anak kecil, jadi dia belum paham pekerjaan rumah tangga, tapi lebih banyak tugasnya menemani istriku sewaktu aku ke Jakarta.

Hari ini aku punya rencana untuk ke rumah mertuaku di Cijerah Bandung Barat, mertuaku masih bekerja di Telkom. Aku ingin membicarakan tentang keinginan orang tuaku dari kampung untuk tinggal sementara di Bandung. Orang tuaku khawatir melihat istriku tinggal sendiri di rumah dalam keadaan hamil.

Ayahku sudah pensiun, beliau dahulu bekerja di Pertamina. Aku bangga akan kerja keras orang tuaku dan kecintaannya atas pekerjaannya selama 35 tahun. Tidak mudah melalui rentang waktu yang cukup lama dalam pengabdian pada tugas. Sanggupkah aku seperti ayahku ?. Semua itu dilalui beliau dengan senang hati, karena beliau punya prinsip ‘’ Jangan berkeluh kesah dengan tugas, karena tugas itu amanah ‘’. Betapa indahnya prinsip ini, kalau semua orang menganggap tugas itu amanah, maka tidak akan ada orang berkhianat dengan tugas dan tanggung jawabnya. Bentuk pengkhiantan terhadap tugas itu bermacam-macam; ada dengan cara korupsi, manipulasi dan berbagai perbuatan tercela. Entah apa yang mereka cari di dunia ini ?; mungkin kekayaan, jabatan atau kesenangan duniawi, mereka lupa semua tugas yang diberikan itu nantinya akan dipertanggung jawabkan di muka Sang Penciptanya. Seandainya pada semua pengemban tugas di negeri ini tau akan akan arti kejujuran niscaya mereka akan amanah terhadap tugas dan kewajibannya. Arti Kejujuran itu sangatlah bermakna untuk kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi. Sesungguhnya dengan kejujuran akan melepaskan kita dari banyak kesukaraan.

Yakinlah, jika kita selalu berbuat tidak jujur maka selamanya kita akan didera dengan berbagai masalah di dunia dan akhirat.

Sebenarnya aku juga khawatir, bagaimana jika nanti istriku telah melahirkan, dia belum berpengalaman mengurus bayi, sedangkan ibu mertuaku masih sibuk mengurusi adik-adik iparku. Istriku anak yang ketiga dan dia masih punya adik yang masih duduk di SD. Kemungkinan besar ibuku yang bisa kuajak tinggal di Bandung, karena aku tidak punya adik lagi.

Perasaan orang tua sulit untuk di mengerti, aku harus hati-hati menyampaikan maksud ibuku pada mertuaku. Aku takut beliau akan salah paham, tapi Alhamdulillah ibu mertuaku setuju, apalagi melihat keadaan orang tuaku sudah tua dan mereka tinggal hidup berdua dirumah. Istriku sangat senang, sebab dia tidak bingung lagi memikirkan dengan siapa si kecil nanti tinggal sewaktu dia pergi bekerja. Tidak mungkin dengan pembantu kami yang masih kecil itu.

Malam itu juga kusuruh istriku menulis surat pada ibuku agar beliau segera ke Bandung, dan aku berpesan sama istriku sampaikan pada ibu lupa jangan lupa bawa pempek. Pempek adalah makanan khas daerahku, rasanya sangat enak, apalagi dibuat dari ikan tenggiri. Pasti rasanya sangat gurih. Pertama aku kenal dengan istriku, dia tidak suka makan pempek tapi karena sering aku bawa ke rumah uwakku di Jl Setiabudi Bandung yang kebetulan jualan pempek. Akhirnya istriku tertarik juga makan pempek. Bahkan sekarang dia sudah bisa buat pempek, lumanyan buat profesi jika dia pensiun dari guru. Perkawinan antar suku sering menimbulkan perbedaan terutama adat istiadat. Seperti pepatah mengatakan ‘’ Lain lubuk lain ikan’’ yang berarti setiap daerah punya adat istiadat masing-masing. Jika kita menyikapinya dengan arif maka tidak akan menimbulkan pertentangan, tetapi akan menambah khasanah budaya.




Malam ini udara sangat cerah, langit tidak berawan, bulanpun nampak dengan indah, rupanya bulan telah selesai membentuk dirinya. Dia keluar dengan sempurna bagaikan bulatan raksasa, ini yang dinamakan bulan purnama. Aku memandang bulan penuh kekaguman, betapa besarnya kuasa illahi yang telah menciptakan dunia ini lengkap dengan isinya. Allah menciptakan mahluk ke muka bumi ini tidak sia-sia, semuanya ada tujuan. Manusia adalah salah satu mahluk yang diciptakan Allah, manusia patut berbangga karena dia diciptakan Allah penuh dengan kesempurnaan sebagai mana Allah SWT berfirman :

‘’ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya ‘’ ( AT TIIN : 4 ).

Celakanya tidak sedikit manusia merendahkan derajatnya sendiri, mereka berbuat maksiat terhadap Penciptanya. Mereka menentang aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan mereka tidak mau sujud, dan mengikuti perintah-perintah Allah. Mereka tidak sadar bahwa Allah menjadikan mereka ke bumi dengan satu tujuan yakni semata-mata untuk sujud dan menyembah-Nya.

Aku melihat disekelilingku, banyak ciptaan Allah termasuk bunga mawar diteras rumahku yang ditanam oleh istriku. Bunga mawar itu dibeli oleh istriku dari penjual bunga di daerah Lembang, semula dia diletakkan di kantong plastik yang diisi tanah seadanya oleh si penjual bunga, tapi atas kuasa Sang Khalik dia tetap hidup. Kini bunga mawar itu tumbuh dengan subur, dia mulai menarik perhatian mahluk ciptaan Allah yang lain; kupu-kupu yang lucu. Aku tidak sadar bahwa Allah telah menunjukkan kekuasaanNya. Dia telah mempertemukan tiga mahluk ciptaan-Nya yang berbeda diantara mereka.

Aku adalah manusia ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, karena aku hidup, aku dapat bergerak sesukaku dan punya akal. Kupu-kupu, dia juga mahluk ciptaan yang Maha Kuasa, dia hidup, dia dapat bergerak sama seperti aku, dia terbang kemana saja dia inginkan tapi bedanya dengan aku, dia tidak berakal. Bunga mawar, dia mahluk ciptaan Allah tapi sayang dia berbeda dengan aku dan kupu-kupu. Karena dia tidak dapat bergerak sendiri, kalau tidak digerakkan, dia tidak punya akal tapi dia hidup karena di tumbuh dengan segar.

Subhaanallaah, Maha Agung Allah yang telah menciptakan mahluk-Nya. Atas kebesaran-Nyalah bunga mawarku yang tadinya layu, kini mulai berbunga menaburkan seberbak harum, seharum hati yang menanamnya.

Akh ……… , Mawarku mulai merekah .



Penulis :

Seorang musafir sedang merintih memohon pertolongan Allah SWT dikala ENCHEPALITIST / RADANG OTAK KIRI itu singgah ke putrinnya Mojang Bandung.


Tidak ada komentar: